Home / peristiwa / Krisis Lahan Pemakaman di Jakarta: Warga Bayar hingga Rp84 Juta untuk Satu Makam

Krisis Lahan Pemakaman di Jakarta: Warga Bayar hingga Rp84 Juta untuk Satu Makam

TVTOGEL — Di tengah padatnya ibu kota, bukan hanya tempat tinggal yang sulit dicari. Kini, lahan pemakaman di Jakarta pun semakin langka. Banyak warga yang terpaksa menggunakan sistem tumpang hingga mencari alternatif di luar kota.

Salah satunya adalah Balgis Yusuf (59), warga Jakarta Selatan yang rutin berziarah ke makam anak dan suaminya di TPU Tanjung Barat. Ia sudah terbiasa membersihkan makam dua orang tercintanya sebelum menengadahkan tangan berdoa.

“Kalau saya meninggal nanti, saya ingin dimakamkan bersama orang tua. Biar dekat dan tidak merepotkan anak,” ujarnya.

Balgis sadar betul bahwa di Jakarta, lahan makam baru hampir mustahil didapat. Sejak lama, TPU-TPU di ibu kota menerapkan sistem tumpang karena keterbatasan lahan. Bahkan, TPU Tanjung Barat kini memasang spanduk besar bertuliskan “Hanya Melayani Makam Tumpang.”


Pemakaman Tumpang Jadi Pilihan Terakhir

Meski secara psikologis terasa berat, banyak warga seperti Balgis yang menerima sistem tumpang sebagai satu-satunya opsi realistis. Selain lebih praktis, makam tumpang juga dianggap bisa menjaga kedekatan keluarga meski sudah tiada.

“Kalau lahan masih luas, tentu ingin punya makam sendiri. Tapi keadaan sudah tidak memungkinkan,” katanya.


Warga Non-DKI Makin Sulit Dimakamkan

Krisis lahan ini juga dirasakan oleh Musa Hajibandi, Ketua RT di Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Ia sering kebingungan saat ada warganya meninggal dunia karena TPU di wilayahnya sudah penuh.

“Kalau yang meninggal bukan warga asli dan tidak punya keluarga yang dimakamkan di sini, susah sekali cari lahan,” ungkapnya.

Bahkan, sempat ada warga perantau dari Tasikmalaya yang meninggal dunia namun tak memiliki tempat pemakaman di Jakarta. Setelah ditolak oleh beberapa TPU, akhirnya jenazah bisa dimakamkan di tanah wakaf di Ganceng, yang kini menjadi penyelamat bagi banyak warga.

Namun, lahan wakaf itu pun makin terbatas. “Kalau Ganceng penuh, kami tidak tahu lagi harus ke mana,” tutur Musa.


Pemakaman Swasta Jadi Alternatif, Tapi Tak Murah

Keterbatasan lahan di Jakarta membuat banyak warga mulai melirik pemakaman swasta di luar kota, salah satunya Insira Memorial Park di Tigaraksa, Tangerang.

Menurut Riki Hendarmawan, Sales Manager Insira Memorial Park, minat warga Jakarta cukup tinggi. Sejak dibuka Oktober lalu, sekitar 300 unit makam sudah terjual, meski harganya mencapai Rp84 juta per petak.

“Mereka sadar lahan di Jakarta makin sulit. Jadi, mereka ingin memastikan tempat peristirahatan terakhir yang layak sejak sekarang,” jelas Riki.

Unit makam di Insira bahkan sempat diperebutkan calon pembeli. “Saat sesi pemesanan, banyak yang berebut lokasi favorit. Ada yang minta blok tertentu, kalau tidak dapat, batal beli,” tambahnya.


Ketimpangan dan Masa Depan Pemakaman di Ibu Kota

Fenomena ini memperlihatkan ketimpangan sosial yang kian nyata. Mereka yang mampu bisa membeli ketenangan di pemakaman mewah, sementara warga menengah ke bawah harus berbagi liang lahat atau mengandalkan tanah wakaf.

Balgis, misalnya, hanya bisa bermimpi dimakamkan di tempat seindah San Diego Hills yang pernah ia kunjungi. “Rasanya seperti di taman. Tapi itu hanya impian, saya sadar tidak sanggup,” ucapnya pelan.

Krisis lahan pemakaman di Jakarta bukan sekadar soal ruang, tapi juga soal keadilan sosial dan kebijakan publik. Tanpa solusi jangka panjang, warga Jakarta bisa menghadapi kenyataan pahit: bahkan untuk tempat peristirahatan terakhir pun, harus berebut ruang.

Tag: